To The English Readers
There was a time when we were being philosophical. We were young and naive, and probably stamped as 'greenhorn idealists'. However, after a while, we somehow set our way life, building it upon certain writings, sayings, philosophies, traditions or even religions. This blog contains my own reflections, based on the above-mentioned process.
There will be times when certain language expresses certain things much better and clearer in comparison to other languages. Thus the two languages in this blog. How I wish I know more.
There will also be relationships that can be built upon such reflections. A relation that is worth fighting for in this individualistic and digital era.
There will be times when certain language expresses certain things much better and clearer in comparison to other languages. Thus the two languages in this blog. How I wish I know more.
There will also be relationships that can be built upon such reflections. A relation that is worth fighting for in this individualistic and digital era.
Bagi Pembaca Indonesia
Ada saatnya dalam hidup, di mana kita cenderung menjadi filosofikal. Saat itu kita mungkin masih terlalu muda dan akhirnya kita pun sadar bahwa kita naif dan diberikan label 'muda dan idealis'. Tetapi pada suatu saat yang lain setelahnya, entah oleh suatu kalimat, pemikiran, ajaran, agama atau kejadian, ada yang tiba-tiba seperti terpancang di dalam diri, yang menjadikan kita jadi. Blog ini berisi hasil refleksi, sebagai pribadi yang juga pernah mengalami proses di atas, terutama terhadap karya tulis, film, musik atau pun media yang dianggap hanya bagi anak-anak - yaitu bermain.
Ada bahan yang diperlukan dan ada harga yang perlu dibayar untuk mendapat bahan, baik itu dibayarkan oleh diri kita sendiri, orang lain, ataupun alam. Terkadang kita sudah terlalu dibuai oleh mental mencintai benda gratis, padahal kita sendiri sadar bahwa produk yang kita sangat kagumi biasanya memang diberikan label harga yang relatif tinggi. Dalam waktu lain, kita terlalu paranoid dengan konsumerisme, sehingga kita melihat bahwa setiap tindakan membeli barang adalah sama dengan pemborosan. Kedua hal ini membuat kita mengalokasikan modal ke arah yang kurang tepat atau lebih parahnya, membuat kita merasa pandai berhemat, padahal sebetulnya kita sedang melakukan tindakan merugikan.
Ada suatu hubungan yang kita bisa bina melalui karya-karya yang direfleksikan di dalam blog ini. Relasi inilah yang juga boleh kita perjuangkan bersama di jaman yang sangat individualistis dan digital ini.
Ada bahan yang diperlukan dan ada harga yang perlu dibayar untuk mendapat bahan, baik itu dibayarkan oleh diri kita sendiri, orang lain, ataupun alam. Terkadang kita sudah terlalu dibuai oleh mental mencintai benda gratis, padahal kita sendiri sadar bahwa produk yang kita sangat kagumi biasanya memang diberikan label harga yang relatif tinggi. Dalam waktu lain, kita terlalu paranoid dengan konsumerisme, sehingga kita melihat bahwa setiap tindakan membeli barang adalah sama dengan pemborosan. Kedua hal ini membuat kita mengalokasikan modal ke arah yang kurang tepat atau lebih parahnya, membuat kita merasa pandai berhemat, padahal sebetulnya kita sedang melakukan tindakan merugikan.
Ada suatu hubungan yang kita bisa bina melalui karya-karya yang direfleksikan di dalam blog ini. Relasi inilah yang juga boleh kita perjuangkan bersama di jaman yang sangat individualistis dan digital ini.