And the ring of power has a will of its own. It betrayed Isildur to his death.
Cincin tersebut mempunyai kehendaknya sendiri. Isildur dikhianatinya sampai mati.
-Lady Galadriel
Perhaps it is good to step back when we think we are in control of things. We can therefore see clearly. At times, we have to look closer in order to have a clearer understanding of things. However, there are times when we need to step back to see the bigger scenery from a wider perspective. There was one interesting phenomenon that I came across: I saw public figure A in Facebook. And just like any public figure, there are some haters, too. One guy, B, then writes some bad stuffs about A. Next, come along group C, which may consist of A's fans. This group C then do some flamings to defame B. One reader, D, then laughs about how C flames at B and how B struggles so hard to hate A.
Such process of hating and flaming could go on but I do not think we want to go into that. Such phenomenon is around us. This post could even be person E who is currently watching person B, group C or person D. What does it have to do with stepping back, then? Because we, who are currently thinking about this phenomenon as person E, are not totally free from this whirlpool. There could be person F, G and H trying to say something about how we perceive things. My point is that sometime, the things that we put on our experiment table to be observed, are not always microscopic things. Sometime, what we have brought is actually a scrap of flesh from a gigantic being, and that being could actually be watching over us, looking at us, wanting to know what we are going to do with that tiny scrap of flesh we scrapped out of its body.
If that is the case, are we actually the one in control? Should not we then ask ourselves once again of how we should perceive everything around us? I strongly recommend the book at the bottom of this post, The Screwtape Letters. It tells us about immaterial beings around us that may be controlling us. The book is a fiction, telling a story about how a junior devil is learning how to trick a man. This devil is doing so by exchanging letter with its uncle, who is a professional trickster.
Mungkin ada baiknya bila kita mengambil jarak ketika kita merasa kita sedang berada di atas angin, supaya kita kemudian bisa melihat dengan lebih jelas. Bukankah seharusnya kita melihat lebih dekat supaya lebih jelas? Faktanya tidak selalu demikian. Kadang kita merasa bahwa kita yang berada di bangku penonton, memperhatikan dan mengamati suatu 'objek' yang bisa kita kontrol. Kita pikir kita berada di atas angin. Ada satu contoh menarik yang bisa kita perhatikan bersama dalam dunia internet di jaman ini. Anggaplah ada seorang A yang merupakan seorang figur publik di facebook. Figur A ini, sebagaimana figur publik lainnya, menimbulkan reaksi antipati dari beberapa pribadi. Seorang pribadi B kemudian memulai karya tulis yang bermaksud untuk membongkar kesalahan daripada figur A. Siklus berlanjut sehingga timbullah kelompok C, yang mungkin saja memang fans daripada A, yang berfungsi sebagai komentator atas karya B. Tidaklah mengherankan bila kemudian ada pribadi D, yang kemudian dalam wilayah pribadi, mentertawakan apa yang dikerjakan oleh kelompok C.
Cerita ini bisa terus dilanjutkan sebab kejadian sedemikian ada di sekitar kita. Tulisan ini pun sesungguhnya adalah figur E yang sedang mengamati semua pihak yang sedang bergejolak, baik itu pihak B, C dan D. Jadi mengapa tadi disarankan untuk mengambil jarak? Sebab kita yang berada di posisi E pun tidak lepas dari siklus ini. Terkadang kita harus sadar bahwa apa yang kita taruh dalam meja pengamatan kita, bukanlah binatang kecil seperti semut. Terkadang yang kita bawa ke meja penelitian kita adalah hanya potongan rambut daripada seorang raksasa. Dan raksasa itu mungkin saja sedang mengamati kita, bertanya-tanya apa yang akan kita perbuat terhadap rambutnya. Bila keadaannya betul demikian, apakah kita betul-betul bisa mencapai posisi sebagai pemegang kontrol tertinggi? Bukankah seharusnya kita merendahkan diri dan bertanya lagi, bagaimana seharusnya hati kita bersikap dalam mengamati sesuatu? Saya menyarankan untuk membaca buku Screwtape Letters di samping ini, untuk menyadarkan kita sekali lagi bahwa akan selalu ada mengontrol sesuatu di luar kontrol kita. Buku ini menceritakan seorang setan yang sedang belajar untuk menggoda manusia dengan bersurat-suratan dengan kakak kelasnya di suatu tempat yang tidak dikenal. | |