"Concerning hobbits: Hobbits have been living and farming in the four Farthings of the Shire for many hundreds of years; Quite content to ignore and be ignored by the world of the Big Folk. Middle-earth being, after all, full of strange creatures beyond count. Hobbits must seem of little importance: Being neither renowned as great warriors nor counted among the very wise."
-Bilbo Baggins
In Tolkien's Middle-Earth, Hobbits are the relatives of Men, only smaller. Thus the Big Folk - Little Folk relationship between these two races. It strikes my heart when I read this quotation, "Quite content to ignore and be ignored ..." Because it reminds me of where I currently live - Singapore. This is not a hate-speech nor finger-pointing. The fact is, there seems to be a tendency to be individualized, only by living in this country. Perhaps, some of you have heard about alienation and perhaps it affects this country, too. There is a threat when people see others only through their significance or importance. Not only when the more significant ones are ignoring the lesser ones, but just like the Hobbits, when the lesser ones know how significantly low they are. Is the solution, then, to make everybody of equal significance? Perhaps through self-esteem courses? This may solve the issue. However, it seems that the fragmentation and alienation are far too binding. And even if there is someone or some organisations up to the task, we are perhaps too late. After all, there are still more pressing and apparent social problems that are simultaneously occurring. | |
As usual, to fellow Christian readers, we are blessed to know that we are a member of a body - an organic body, and our head is someone we believe to be the most significant of all. This way the balance is rather sorted and the concern is not so much of self-significance but rather how we should fulfill our individual part, which will shape up a greater significance. Just like how every member in an orchestra is fulfilling own's parts, while understanding and knowing that a grand scheme is being performed for the greater glory of all.
"Tentang hobbit: Hobbit hidup dan bercocok tanam di seluruh daratan Shire selama beratus-ratus tahun. Mereka cenderung mengabaikan atau diabaikan oleh saudara 'besar' mereka. Dunia Middle-earth memang dipenuhi dengan jenis-jenis yang unik. Mungkin saja Hobbit memang dianggap tidak penting: Mereka bukanlah ras yang terkenal sebagai pahlawan yang berani atau pun sebagai ilmuwan yang bijaksana."
-Bilbo Baggins
Dalam Middle-Earth, Hobbit merupakan makhluk yang masih satu asal dengan bangsa manusia pada umumnya. Namun mereka yang bertubuh lebih kecil, dan memang suka tinggal dekat dengan tanah, akhirnya memisahkan diri dan membentuk koloni sendiri, sehingga menjadi suatu bangsa baru, yang dikenal dengan sebutan Hobbit. Mereka menyebut ras manusia yang lain dengan sebutan 'Big Folk' , yang memang berarti 'kawan besar'.
Yang menarik dalam kutipan kali ini adalah adanya suatu kecenderungan dari kaum Hobbit untuk berpuas diri ketika mereka dianggap tidak penting dan akhirnya diabaikan. Mereka merasa sudah cukup hidup dalam damai dan ketenangan kampung halaman, selama makanan dan minumam dicukupkan. Sebuah gaya hidup yang sangat dekat dengan saya di Singapura, di mana kecenderungan individualistis sangat menanjak. Ada suatu kebahayaan di mana kita bisa hidup di dalam suatu kenyamanan palsu yang merasa, "Asalkan saya tidak mengganggu orang lain, maka orang lain pun jangan mengganggu saya." Perkataan ini terlihat benar, namun dalam aplikasinya, sekedar berbasa-basi atau menegur sapa pun, menjadi terasa sebagai sebuah gangguan.
Ada sebuah penyakit sosial yang bisa mewabah, ketika ada sebuah pihak yang dianggap kurang penting, kemudian dirinya pun sadar bahwa memang dia kurang penting, yang terus menjauhkan setiap individu di dalam masyarakat jaman ini. Apakah kemudian solusinya adalah dengan berusaha membuat yang kurang penting menjadi penting? Mungkin saja bisa. Tetapi rasanya arus individualisme yang membuat masyarakat menjadi terkeping-keping, jauh lebih kuat dibanding usaha manusia untuk mempersatukannya. Kalau pun ada pribadi atau organisasi yang cukup kuat, faktanya proses pengepingan masyarakat ini terjadi terlalu cepat. Belum lagi isu-isu sosial lain yang juga sebetulnya berakar dari sifat merasa diri penting (atau kurang penting) itu tadi. Seperti biasanya, bagi pembaca Kristen, kita harus bersyukur, sebab kita tidak perlu terlalu cemas dengan problema sosial semacam ini. Sebab kita semua sadar bahwa kita adalah anggota tubuh dari satu kepala - yaitu Allah yang kita sembah. Setidaknya kita bisa melihat bahwa meskipun memang ada yang lebih penting, tidak sampai bisa hidup sendiri tanpa anggota tubuh yang lain. Bagaikan sebuah orkestra, di mana setiap pemain musik memainkan bagiannya masing-masing, dengan penuh kesadaran bahwa masing-masing pemain, sedang mengikutin pimpinan dirijen untuk mementaskan sebuah karya yang jauh lebih agung bagi kepentingan bersama.
Yang menarik dalam kutipan kali ini adalah adanya suatu kecenderungan dari kaum Hobbit untuk berpuas diri ketika mereka dianggap tidak penting dan akhirnya diabaikan. Mereka merasa sudah cukup hidup dalam damai dan ketenangan kampung halaman, selama makanan dan minumam dicukupkan. Sebuah gaya hidup yang sangat dekat dengan saya di Singapura, di mana kecenderungan individualistis sangat menanjak. Ada suatu kebahayaan di mana kita bisa hidup di dalam suatu kenyamanan palsu yang merasa, "Asalkan saya tidak mengganggu orang lain, maka orang lain pun jangan mengganggu saya." Perkataan ini terlihat benar, namun dalam aplikasinya, sekedar berbasa-basi atau menegur sapa pun, menjadi terasa sebagai sebuah gangguan.
Ada sebuah penyakit sosial yang bisa mewabah, ketika ada sebuah pihak yang dianggap kurang penting, kemudian dirinya pun sadar bahwa memang dia kurang penting, yang terus menjauhkan setiap individu di dalam masyarakat jaman ini. Apakah kemudian solusinya adalah dengan berusaha membuat yang kurang penting menjadi penting? Mungkin saja bisa. Tetapi rasanya arus individualisme yang membuat masyarakat menjadi terkeping-keping, jauh lebih kuat dibanding usaha manusia untuk mempersatukannya. Kalau pun ada pribadi atau organisasi yang cukup kuat, faktanya proses pengepingan masyarakat ini terjadi terlalu cepat. Belum lagi isu-isu sosial lain yang juga sebetulnya berakar dari sifat merasa diri penting (atau kurang penting) itu tadi. Seperti biasanya, bagi pembaca Kristen, kita harus bersyukur, sebab kita tidak perlu terlalu cemas dengan problema sosial semacam ini. Sebab kita semua sadar bahwa kita adalah anggota tubuh dari satu kepala - yaitu Allah yang kita sembah. Setidaknya kita bisa melihat bahwa meskipun memang ada yang lebih penting, tidak sampai bisa hidup sendiri tanpa anggota tubuh yang lain. Bagaikan sebuah orkestra, di mana setiap pemain musik memainkan bagiannya masing-masing, dengan penuh kesadaran bahwa masing-masing pemain, sedang mengikutin pimpinan dirijen untuk mementaskan sebuah karya yang jauh lebih agung bagi kepentingan bersama.