"But where our hearts truly lie is in peace and quiet, and good, tilled earth."
"Namun yang kami senantiasa mencari ketenangan dan kedamaian, tanah yang baik dan terbajak."
-Bilbo Baggins
Sekilas, kalimat di atas seperti menyatakan bahwa Hobbit pada dasarnya adalah ras yang bernuansa mistis dan sangat menghargai alam, sebagaimana layaknya tokoh-tokoh di dalam karya-karya negara Jepang seperti My Neighbour Totoro dan Princess Mononoke. Harus kita ingat lagi bahwa dunia Middle Earth karangan Tolkien adalah hasil karya benua barat yang kurang mempunyai nuansa spiritualitas di dalamnya. Dan bila kita bandingkan dengan lebih teliti, kecintaan yang dimiliki oleh tokoh di dalam film Totoro dan Mononoke di atas, berbeda tingkat kedalamannya dengan kecintaan kaum Hobbit terhadap tanah. Dalam budaya Jepang, ada nuansa ibadah dan ilahi yang dipraktikan oleh manusia terhadap alam. Sedangkan bagi para Hobbit, keberadaan alam adalah sebagai suatu fasilitas yang selayaknya dinikmati namun tetap perlu dijaga dan diolah. Kedua pandangan inilah yang kemudian bisa kita lihat terus berkembang mempengaruhi perkembangan budaya dan peradaban masing-masing wilayah.
Yang mana yang lebih baik? Yang mana yang lebih seharusnya dikerjakan? Saya pribadi merasa keduanya mempunyai kelebihan masing-masing. Tetapi dari sudut pandang yang saya imani, keduanya tetap mempunyai kelemahan sebab manusia sudah terikat oleh suatu kuasa yang membuat tendensi hati kita jahat dan merusak. Mungkin kalimat tadi terkesan kurang adil, sebab secara kasat mata dan logika sederhana, bukankah faktanya isu pengrusakan alam sudah jauh lebih destruktif di jaman ini, sebagaimana diperlihatkan dalam karya berjudul Inconvenient Truth misalnya? Memang demikian dalam waktu jangka pendek. Tetapi dalam jangka waktu yang lebih panjang, suatu penyembahan berlebih terhadap alam bisa menyebabkan keresahan dan gangguan masyarakat. Seorang teman, misalnya, pernah sempat tersiksa oleh dendam, karena teman lain secara tidak sengaja melakukan tindakan yang dianggap tidak menghormati 'batu pusaka' yang selalu dibawa-bawa. Mungkin terlihat konyol dan sederhana. Tetapi bayangkan kebencian dan salah paham yang tidak diluruskan, yang akhirnya berujung pada keresahan dalam relasi mereka berdua, atau pun teman-teman yang lain.
Akhir kata, artikel ini tidak pernah dimaksudkan untuk menghina atau menjelekkan budaya barat atau pun timur. Semoga artikel hari ini bisa beguna bagi pembaca untuk bisa memulai suatu ide, pikiran, atau pun sekedar berjaga-jaga dalam konteks waktu dan tempat di mana kita masing-masing hidup.
Yang mana yang lebih baik? Yang mana yang lebih seharusnya dikerjakan? Saya pribadi merasa keduanya mempunyai kelebihan masing-masing. Tetapi dari sudut pandang yang saya imani, keduanya tetap mempunyai kelemahan sebab manusia sudah terikat oleh suatu kuasa yang membuat tendensi hati kita jahat dan merusak. Mungkin kalimat tadi terkesan kurang adil, sebab secara kasat mata dan logika sederhana, bukankah faktanya isu pengrusakan alam sudah jauh lebih destruktif di jaman ini, sebagaimana diperlihatkan dalam karya berjudul Inconvenient Truth misalnya? Memang demikian dalam waktu jangka pendek. Tetapi dalam jangka waktu yang lebih panjang, suatu penyembahan berlebih terhadap alam bisa menyebabkan keresahan dan gangguan masyarakat. Seorang teman, misalnya, pernah sempat tersiksa oleh dendam, karena teman lain secara tidak sengaja melakukan tindakan yang dianggap tidak menghormati 'batu pusaka' yang selalu dibawa-bawa. Mungkin terlihat konyol dan sederhana. Tetapi bayangkan kebencian dan salah paham yang tidak diluruskan, yang akhirnya berujung pada keresahan dalam relasi mereka berdua, atau pun teman-teman yang lain.
Akhir kata, artikel ini tidak pernah dimaksudkan untuk menghina atau menjelekkan budaya barat atau pun timur. Semoga artikel hari ini bisa beguna bagi pembaca untuk bisa memulai suatu ide, pikiran, atau pun sekedar berjaga-jaga dalam konteks waktu dan tempat di mana kita masing-masing hidup.
| | | | |