"No doubt to others, our ways seem quaint. But ... It is no bad thing to celebrate a simple life."
"Bagi orang lain, cara hidup kami terlihat antik dan aneh. Tetapi merayakan kesederhanaan bukan sesuatu yang buruk."
-Bilbo Baggins
Such an odd phrase - celebrating a simple life. Most probably due to the common impressions that simple is often associated with something traditional, old-fashioned, ugly, cheap, or even boring. Ironically, boredom happens to be one of the most urgent problems in contemporary society, in comparison to old times before us. There those, unfortunate enough to be bored with the most luxurious and complicated lifestyles. Despite our busyness, we are slowly eaten by boredom. Some try to escape by doing relaxing activities. But not many will also bored of them, eventually. It does sound quaint, when Bilbo happily says, "It is not bad thing to celebrate a simple life." The movie tells us that he was celebrating his 111th birthday as he wrote that sentence. How boring would it be to live in such a traditional and laid back place for 111 years?
There are huge differences when a 5-year-old celebrates birthday, in comparison to a 80-year-old. There are many factors why such differences exist, but I want to focus on how we actually react to routines. A 5-year-old will most probably anticipates, be it for the companions or gifts. But an 80-year-old will most probably worries, or perhaps wonders on how to celebrate such long life, especially when there is no one around to celebrate with. Even two employees of one company and job descriptions could react to their lunch break differently. Again, there could be many different factors to why they react differently. The point is that even a pleasant routines could still evoke boredom. While on the other hand, there are some 'plain' routines that would be anticipated with joy and happiness because sometimes we know that by doing some routines, we could grow or get better. Readers who like to play role-playing games will understand this. The recommended product beside could also help to illustrate my point even more. To the Christian readers, we are blessed with a tips to solve the problem of boredom by seeking our first love - be it on our lives, spouses, ministries, works or even studies. Perhaps we can remember again how we first fell in love to our spouses, ministries, works, or even studies. And by then, maybe we can know better, why Bilbo happily anticipates his 111th birthday. For you who celebrates Christmas, perhaps it would not be bad, to just be reminded again on how our hearts and souls would react to this commemoration. Are we going to let this moment passes by like any boring routines? Or are we looking forward to this one, filled with anticipation and hope? | |
Frase yang aneh: Merayakan kesederhanaan. Wajar saja terdengar aneh, sebab dalam jaman ini, sesuatu yang sederhana cenderung diartikan sebagai yang tradisional, terbelakang atau bahkan jelek, miskin dan membosankan. Ironisnya, masalah kebosanan justru sebetulnya lebih akut di jaman kita sekarang, ketimbang di jaman dahulu kala. Mungkin kita bisa berargumen bahwa di masa lalu, masyarakat belum mempunyai teknik pencatatan yang lengkap, sehingga kebosanan mereka tidak tercatat. Tetapi tampaknya bukan demikian kasusnya. Catatan Alkitab Kristen, misalnya - mempunyai sistem pencatatan yang cukup rumit dan dianggap relatif akurat dibandingkan catatan kuno lainnya - banyak mencatat problema hidup manusia yang kemudian dicatat dan dicari solusinya. Tetapi sejauh ini, belum pernah terbaca bahwa ada yang bosan karena tidak ada pekerjaan atau bosan karena selalu mengulang-ulang melakukan hal yang sama. Sementara di sekitar saya, banyak yang bosan karena sibuk, lalu mereka bosan dengan makanan termewah, bosan berjalan-jalan keliling dunia, bahkan bosan dalam mencari kedamaian dengan segala bentuk latihan ketenangan batin yang ditawarkan. Memang mungkin aneh ketika Bilbo berkata bahwa merayakan kesederhanaan bukanlah hal yang buruk. Apakah mungkin dia sebetulnya sedang bosan juga sehingga berkata demikian demi menghibur dirinya sendiri? Perlu kita ingat bahwa karakter Bilbo menuliskan hal ini dalam adegan pesta ulang tahunnya yang ke seratus sebelas, dan pesta tersebut sangat meriah dipersiapkan dan kemudian dirayakan oleh seluruh bangsanya.
Ada perbedaan yang sangat mencolok ketika seorang berumur 5 tahun merayakan ulang tahunnya, dibandingkan dengan seorang yang berumur 60 tahun. Memang banyak faktor penentu yang menyebabkan fenomena ini. Namun ada satu yang ingin saya fokuskan, yaitu bagaimana kita menyambut rutinitas. Yang berumur 5, menyambut rutinitas tahunannya dengan penuh antisipasi. Sebaliknya, yang berumur 60 menyambut rutinitas ini dengan suatu keengganan. Dua pegawai yang bekerja di perusahaan yang sama pun, bisa mempunyai sambutan yang bertolak belakang dalam menyambut istirahat jam makan siang mereka. Lagi-lagi ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kedua sambutan yang bertolak belakang dalam kedua contoh kasus di atas. Namun yang jelas, setiap rutinitas bisa disambut dengan penuh antisipasi, atau disambut dengan penuh kebosanan. Pembaca Kristen mungkin pernah membaca, bahwa kita diajak untuk terus menyadari kesegaran dalam hidup melalui suatu dorongan kasih yang mula-mula. Mungkin kita bisa ingat lagi, momen awal ketika kita jatuh cinta pada orang yang sekarang menjadi suami, istri atau teman dekat. Mungkin kita bisa nikmati lagi, keindahan pekerjaan dan rutinitas yang ternyata mempertumbuhkan kita, sebagaimana kita adanya sekarang. Dan mungkin setelahnya, kita bisa seperti Bilbo, yang hidup merayakan kesederhanaan. Dan bagi pembaca yang merayakan natal, ada baiknya kita bertanya sekali lagi dalam hati kita: Bagaimanakah kita mempersiapkan hati dalam menyambut hari natal ini? Sebagai suatu rutinitas yang membosankan? Ataukah sebagai suatu rutinitas yang seharusnya kita sambut dengan penuh kegirangan?
Ada perbedaan yang sangat mencolok ketika seorang berumur 5 tahun merayakan ulang tahunnya, dibandingkan dengan seorang yang berumur 60 tahun. Memang banyak faktor penentu yang menyebabkan fenomena ini. Namun ada satu yang ingin saya fokuskan, yaitu bagaimana kita menyambut rutinitas. Yang berumur 5, menyambut rutinitas tahunannya dengan penuh antisipasi. Sebaliknya, yang berumur 60 menyambut rutinitas ini dengan suatu keengganan. Dua pegawai yang bekerja di perusahaan yang sama pun, bisa mempunyai sambutan yang bertolak belakang dalam menyambut istirahat jam makan siang mereka. Lagi-lagi ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kedua sambutan yang bertolak belakang dalam kedua contoh kasus di atas. Namun yang jelas, setiap rutinitas bisa disambut dengan penuh antisipasi, atau disambut dengan penuh kebosanan. Pembaca Kristen mungkin pernah membaca, bahwa kita diajak untuk terus menyadari kesegaran dalam hidup melalui suatu dorongan kasih yang mula-mula. Mungkin kita bisa ingat lagi, momen awal ketika kita jatuh cinta pada orang yang sekarang menjadi suami, istri atau teman dekat. Mungkin kita bisa nikmati lagi, keindahan pekerjaan dan rutinitas yang ternyata mempertumbuhkan kita, sebagaimana kita adanya sekarang. Dan mungkin setelahnya, kita bisa seperti Bilbo, yang hidup merayakan kesederhanaan. Dan bagi pembaca yang merayakan natal, ada baiknya kita bertanya sekali lagi dalam hati kita: Bagaimanakah kita mempersiapkan hati dalam menyambut hari natal ini? Sebagai suatu rutinitas yang membosankan? Ataukah sebagai suatu rutinitas yang seharusnya kita sambut dengan penuh kegirangan?