Kematian aktor terkenal Robin Williams sekitar 2 bulan lalu mengingatkan saya akan sebuah film yang beliau perankan berjudul Bicentenial Man. Tulisan ini tidak akan membicarakan tentang film atau alur ceritanya, tetapi lebih mengenai konsep manusia-mesin yang diperkenalkan di dalam film tersebut. Memang film ini bukanlah yang pertama atau yang paling signifikan dalam mempromosikan ide tersebut, tetapi merupakan salah satu yang paling berkesan bagi saya. Sebab di mana sudah cukup banyak ide tentang manusia yang ingin mengganti dirinya dengan komponen robot atau mesin, film ini justru menceritakan tentang seorang robot yang begitu rindu untuk menjadi manusia. Tetapi sekali lagi, tulisan ini bukan hendak membahasa tentang film tersebut, atau pun kematian sang aktor yang sempat marak dibahas. Kembali kepada pembahasan mengenai penggabungan manusia dan mesin, ada satu teknologi sederhana yang perkembangannya mungkin sudah dikerjakan sejak awal, yang juga sedikit banyak terpengaruh oleh semangat penggabungan manusia-mesin. Teknologi yang ingin saya maksud adalah jam. Dalam masyarakat kita, tidak terbayang apa yang terjadi bila manusia tidak mempunyai konsep penanda waktu yang bisa dijadikan patokan. | |
Menurut buku The History of Watches, dalam perkembangan dan trend pemakaiannya, jam ini kemudian diproduksi dalam ukuran yang semakin kecil, baik dalam bentuk jam saku atau jam tangan. Ada juga yang melihat jam saku ataupun jam tangan sebagai suatu aksesori busana, yang kemudian diintegrasikan ke dalam bentuk gelang atau kalung. Dan yang mungkin paling umum di jaman kita hari ini adalah untuk menggunakan teknologi digital sebagai penunjuk waktu. Apa pun wujud perkembangan teknologinya, satu fenomena kecil yang juga boleh terlihat adalah bagaimana perkembangan ini juga sekali lagi merupakan bentuk perwujudan manusia-mesin yang sempat disinggung di awal perbincangan.